Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Budidaya Tanaman pucuk merah


Tanaman pucuk merah sudah cukup populer di kalangan para pecinta tanaman hias. Daunnya yang memiliki dua warna, yakni hijau dan merah, menjadi ciri khas tanaman yang hidup subur di daerah tropis ini. Kekhasannya itulah yang membuat tanaman yang memiliki nama latin Syzigium oleina ini memiliki banyak peminat.

Pucuk merah memiliki daun-daun yang tumbuh rapat antara satu daun dengan daun lainnya serta tekstur daunnya halus mengkilap. Tanaman ini biasanya ditanam dengan dibentuk lancip, seperti pohon cemara.  
Pemotongan pucuk-pucuk daun ini membuat tunas-tunas baru muncul dengan warna merah. Pucuk daun yang berwarna merah ini nampak seperti bunga yang sedang mekar.

Ahmad Usman, pembudidaya tanaman pucuk merah dari Yogyakarta mengatakan, banyak orang menyukai pucuk merah karena tanaman ini jika sudah besar membuat rumah terlihat sejuk.
Ataupun jika masih berada di dalam pot, dapat digunakan sebagai pembatas pada dinding rumah. Tanaman ini juga sering dijumpai di berbagai taman di tempat-tempat wisata serta tempat-tempat umum lainnya sebagai peneduh seperti di masjid atau kantor-kantor.

Usman menanam tanaman pucuk merah di lahan seluas 400 meter persegi (m²). Dia bilang, bibit-bibitnya didatangkan dari Magelang, Jawa Tengah. Saat awal-awal melakukan budidaya di 2012, ia hanya memiliki 500 tanaman. "Saat ini, jumlahnya sudah ribuan pohon dengan berbagai ukuran," ujar dia.  
Usman menjual indukan dan juga bibit pucuk merah di polybag dengan tinggi pohon 15 sentimeter (cm). Dia juga menjual tanaman hias lain seperti anthurium atau hibicus.

Usman menjual bibit pucuk merah seharga Rp 5.000 hingga Rp 15.000 per polybag. Sedangkan harga jual indukan bervariasi, mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 250.000 per pohon, tergantung ukuran tinggi pohon.
Membesarkan bibit yang masih berukuran 5 cm hingga mencapai 120 cm hanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Dalam sekali panen indukan, Usman bisa mendapatkan ratusan bibit pucuk merah. Dalam sebulan, Usman mengaku bisa mendapat omzet hingga Rp 30 juta dari penjualan pucuk merah.
Jika dikurangi biaya pembelian pupuk dan biaya  operasional lainnya, Usman bisa mengantongi laba bersih hingga 45%. Herman Purnawan, pembudidaya lainnya dari Tangerang Selatan menanam pucuk merah di lahan seluas 500 m2.

Saat ini dia memiliki total bibit dan indukan pucuk merah lebih dari 2.000 pohon. Herman mengaku bisa meraup omzet dari penjualan pucuk merah sekitar Rp 20 juta saban bulan.      

Tanaman pucuk merah merupakan salah satu tanaman hias yang cukup unik. Walaupun tidak memiliki bunga, tubuh tanaman ini ditumbuhi daun yang berwarna warni, mulai dari hijau dan merah. Nah daun berwarna merah inilah yang sering disangka bunga karena berada di sela-sela daun hijau.
Kombinasi warna inilah yang menjadikan pucuk merah digemari sebagai tanaman hias. Padahal jika ditelusuri, tanaman ini masuk dalam familia tanaman cengkih karena memiliki bentuk daun yang sama persis.

Keunikan lainnya adalah kemudahan menanam pucuk merah. Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah tempat ideal bagi pucuk merah sebab tanaman ini suka tempat yang kaya sinar matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di dalam pot atau tempat terbuka.

Ahmad Usman, petani yang membudidayakan pucuk merah selama dua tahun bilang, pucuk merah cepat tumbuh besar sehingga lebih baik ditanam berjajar dengan jarak jarak 50 cm- 100 cm. Nah bagi yang tidak memiliki lahan luas, mengakalinya dengan pot.

Merawat pucuk merah juga terbilang mudah. Jika ingin tetap ditempatkan di pot, tentu saja harus rajin dipangkas minimal 2 minggu sekali.  "Yang paling penting dalam perawatan adalah penyiraman dan mangkas. Pemangkasan bertujuan untuk mempertahankan keindahan supaya warna merah dan hijaunya merata, " kata Usman.

Jika sudah cukup tua, daun yang berwarna merah bisa memudar warnanya, dengan dipangkas akan menimbulkan tunas baru dengan warna yang lebih cantik. Asyiknya, saat memangkas pucuk merah, pelanggan dapat menyesuaikan dengan keinginan hati seperti bentuk  lingkaran, kerucut menyerupai pohon cemara, atau bentuk-bentuk lainnya.

Sementara itu, Herman Purnawan di BSD, Tangerang Selatan bilang, meski merawat pucuk merah tergolong mudah, antisipasi hama juga harus dilakukan. Selain menyiram sehari sekali dan pemberian pupuk dua bulan sekali, ia juga menggunakan suprasit.

Pasalnya meski pucuk merah terlihat sehat, ada juga pengganggu tanaman yang memakan daun, yaitu ulat coklat.  Maka itu pemeriksaan daun setiap sebulan sekali juga penting.

Selain ulat coklat, Herman bilang, hama yang biasa hinggap adalah gulma yang tumbuh di sekitar pucuk merah. Bahkan hama ini biasa tinggal di dalam polibag. Kalau sudah begitu, mau tidak mau pengendaliannnya dilakukan secara manual, yaitu mencabut semua gulma. 

Penyiangan dilakukan dengan rotasi dua minggu sekali atau tergantung pertumbuhan gulmanya. Cara kimia juga bisa dengan memberi sprayer herbisida.


Share This :

Wirapedia

Wirapedia adalah blog yang mempromosikan UKM di Solo dan sekitarnya.

youtube