Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


Sedapnya laba budidaya daun bawang


Daun bawang  (Allium fistulosum L. N) termasuk jenis sayuran yang populer di negeri ini. Kegunaannya banyak dipakai sebagai bahan pelengkap sebuah masakan. Di samping itu, daun bawang juga sering dipakai buat pengobatan suatu penyakit. Dari segi kesehatan, jenis sayuran dari kelompok bawang ini dipercaya mampu peningkatan kesehatan kulit, rambut, dan pencernaan.
Karena kegunaannya tersebut, permintaan daun bawang di masyarakat terus meningkat. Salah satu petani yang menekuni usaha budidaya daun bawang adalah Paulus Wiliam di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Ia sudah menanam daun bawang sejak tahun 2009 lalu. Paulus membudidayakan daun bawang di lahan seluas dua hektare (ha). Lahan pertanian ini memang cocok buat  mengembangkan sayuran karena berada di daerah dataran tinggi, yakni 900 meter di atas permukaan laut.

Dari lahan dua ha tersebut, yang ditanamai daun bawang hanya 0,5 ha. Selebihnya ditanami sayuran lain. Paulus mengaku tertarik menanam daun bawang karena permintaannya tinggi. Selain itu, panen daun bawang juga cepat. Tanaman ini sudah bisa dipanen dalam waktu 2,5 bulan sejak ditanam.
Kata Paulus, lahan 0,5 ha itu bisa menghasilkan 5 ton daun bawang sekali panen. "Jika tidak ada hama bisa sampai 6,5 ton," katanya. Karena permintaannya tinggi, ia mengaku hasil panennya selalu habis diserap pasar. Paulus menjual daun bawang per bal. Satu bal terdiri dari 10 ikat yang dihargai Rp 12.000.

Sekali panen ia bisa mengantongi omzet Rp 25 juta. Selain dari hasil panen sendiri, omnzet itu didapat dari jual beli daun bawang. Maklum, selain petani, Paulus juga pedagang pengumpul (pengepul). Ia memasarkan daun bawangnya ke berbagai daerah di Indonesia timur.

Petani lain yang membudidayakan tanaman ini adalah Setiawan, asal Lamongan, Jawa Timur. Ia sudah membudidayakan tanaman ini sejak 2008. Menurutnya , budidyaa daun bawang sangat mudah dan menguntungkan. "Permintaannya lumayan banyak," katanya.

Ia hanya mengembangkan daun bawang di lahan seluas 500 meter persegi (m²). Modal buat menanam daun bawang hanya habis Rp 500.000 buat membeli bibit. Biaya perawatan juga murah karena tidak memerlukan pupuk dalam jumlah banyak.

Sementara hasilnya bisa mencapai jutaan rupiah sekali panen. Dalam setahun ia bisa enam kali panen. Sekali panen bisa menghasilkan sekitar dua mobil bak terbuka, atau jika ditimbang bisa mencapai 100 kilogram (kg)–150 kg.  Setiap 1 kg dihargai hingga Rp 13.000. "Omzet setiap panen mencapai  Rp 2 juta," ujarnya.   

Rajin Memupuk

Budidaya daun bawang cukup prospektif dari segi bisnis. Paulus William, petani daun bawang asal Minahasa Selatan, Sulawesi, mengatakan, hasil panen daun bawang cukup cepat diserap pasar. Bahkan,  para tengkulak kerap datang ke kebunnya dan langsung membayar di tempat secara tunai.
Penanaman daun bawang juga tak rumit. Paulus bercerita,  proses penanaman, benih bawang daun berasal dari biji atau bisa juga dari tunas anakan (stek tunas). Paulus menggunakan stek tunas agar bisa menikmati masa panen lebih cepat dibanding benih dari bibit.

Biasanya untuk lahan sekitar 0,5 hektare (ha), Paulus memerlukan sekitar 150.000 stek yang langsung siap tanam ke lahan. Namun,  sebelumnya, lahan sudaj harus dilubangi sekitar 10 cm−30 cm.

Selanjutnya, bibit hanya tinggal diberi pupuk dan disiram. Penyiraman intens harus dilakukan pada musim kemarau. Sementara pada musim hujan, gulma yang tumbuh di lahan  juga harus disiangi. "Untuk pupuk saya pakai pupuk kandang. Pupuknya diberikan saat tanaman berusia sebulan, " kata dia memberi tips.

Serangan hama ulat biasanya datang dari Spodoptera exigua atau S. litura. Efek dari serangan ulat ini membuat hasil panen tidak bagus seperti di permukaan daun bawang menjadi banyak lubang dan tidak laku untuk dijual.

Untuk mengantisipasi itu, biasanya Paulus memberi semprotan insektisida. Sekitar umur 2,5 bulan, daun bawang sudah layak dipanen. Lahan seluas 1 ha mampu menghasilkan 100 kuintal daun bawang segar.

Setiawan, pembudidaya daun bawang lain yang  sudah membudidayakan tanaman ini selama 6 tahun, menjelaskan, tanaman ini hanya cocok di tanam di tanah dengan kadar pH 5,6–6,5 dan di ketinggian 0-400 mdpl serta suhu sekitar 25C-32C.

Jika menanam daun bawang pada musim kemarau, jarak tiap bibit diusahakan sekitar 15cmx15 cm. Sedang pada musim hujan jaraknya sekitar 20cmx15cm. Cara menanamnya juga terbilang mudah. Setiawan biasanya merendam dulu bibit dalam larutan NASA dan air, lalu ditaburkan GLIO secara merata pada umbi bibit bawang yang telah direndam.

Selanjutnya simpan selama dua hari sebelum tanam. Setelah itu seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Sementara untuk perawatannya, Setiawan mengaku tidak membutuhkan banyak biaya tiap bulannya. Biasa-nya pada usia dua minggu, daun bawang mulai diberi pupuk urea secukupnya.

Lalu pada usia empat minggu, tanaman daun bawang  harus diberi pupuk urea lebih banyak dari sebelumnya. Sementara, untuk penyiraman selayaknya dilakukan rutin setiap hari, dengan jumlah air secukupnya.   


Share This :

Wirapedia

Wirapedia adalah blog yang mempromosikan UKM di Solo dan sekitarnya.

youtube